Bersama: Kurnaini Praptoto Sofyan (Peningkatan Sumberdaya Manusia/SDM Menyangkut Kecerdasan Emosional/ESQ)
Rabu, 01 Februari 2012
JUBAH SANG KAISAR
Syahdan, di negeri anta berantah hiduplah seorang kaisar yang sangat suka mengenakan jubah baru. Para penenun kain, perancang busana dan tukang jahit terbaik seluruh negeri bahkan juga dari negeri jiran didatangkan untuk membuatkan jubah baru. Jumlahnya nggak kira-kira, 365 jubah setiap tahun. Ya, memang Kaisar ingin mengenakan jubah baru setiap hari.
Suatu hari datanglah ke istana 2 orang penipu. Mereka mengaku memiliki keahlian menenun sekaligus menjahit jubah sutera yang keindahannya akan mengalahkan semua keindahan jubah koleksi sang Kaisar. Untuk itu mereka minta dibuatkan alat tenun yang besar dan disediakan benang-benang sutera serta benang-benang emas dalam jumlah banyak sekali. Tidak itu saja, mereka juga minta agar di sekeliling alat tenun dipasangi ratusan batang lilin sehingga keadaannya menjadi terang-benderang di malam hari. Kedua penipu itu memang hanya bekerja di malam hari saja.
Mulailah kedua penipu itu beraksi. Mereka berpura-
pura sedang melakukan kegiatan menenun tanpa
menyangkutkan selembar benangpun. Orang-orang
yang mengawasi kelakuan mereka menjadi heran.
"Apa sih yang kalian berdua kerjakan? Hanya memutar-
mutar alat tenun tapi tidak kelihatan selembar benang-
pun ?" Tanya orang-orang keheranan.
"Hah?! Itulah keistimewaan tenunan kami. Orang
pandir dan orang yang tidak memiliki hati yang jujur
tidak akan bisa melihat kain yang kami tenun. Hanya
orang yang bijaksana dan jujur saja yang bisa
melihatnya." Demikian jawab kedua penipu itu setiap kali ada yang bertanya.
Cerita tentang kedua penenun dan kain tenunannya yang ajaib alias tidak kasat mata tersebut segera tersebar luas. Setiap orang yang mencoba membuktikan kalau dirinya bisa melihat kain yang sedang ditenun dengan giat oleh kedua penenun itu, menemukan kenyataan bahwa mereka tidak melihat apa-apa. Namun karena tidak ingin disebut pandir atau tidak jujur, semua orang yang datang melihat akhirnya mengaku dapat melihat keindahan kain yang sedang ditenun. Mereka meninggalkan tempat tenunan sambil memuji-muji keindahan kain yang sedang dikerjakan kedua penipu tersebut.
Suatu hari Kaisar mengutus Perdana Menterinya yang terkenal sangat pandai dan bijaksana untuk memeriksa hasil pekerjaan kedua penipu itu. Sang Perdana Menteri pun pergi melaksanakan tugasnya. Tiba di tempat di lokasi alat tenun itu ditempatkan didapatinya kedua penipu itu sedang giat bekerja. Gerak-gerik keduanya memang seolah-olah sedang tekun menenun.
"Bagaimana progres pekejaan kalian?" Tanya Perdana Menteri. Kedua penipu itu pura-pura terkejut dan buru-buru memberi hormat. "Kami hampir merampungkan pekerjaan kami. Seperti yang Tuan bisa saksikan sendiri, selembar kain sutera bersulam emas yang sangat indah sudah hampir rampung. Ini, silakan Tuan periksa." Kata salah satu penipu itu sambil seolah-olah mengangsurkan sesuatu kepada Perdana Menteri. Walaupun sadar tidak tampak sesuatupun di atas tangan salah-satu penipu itu dan juga tidak ada apa-apa pada alat tenun di mana penipu lainnya terlihat sedang giat bekerja, ia khawatir dikatakan pandir bila mengakui tidak melihat apapun. Setelah berpikir keras akhirnya Perdana Menteri pun memutuskan untuk mempertahankan reputasinya sebagai orang paling bijaksana di seluruh negeri. Akhirnya ia ikut berpura-pura dapat melihat dan ia berdecap-decap kagum.
Setelah itu Perdana Menteri melapor kepada Kaisar bahwa kedua penenun dari negeri asing itu hampir selesai menenun selembar kain sutera berhiaskan benang-benang emas yang indah.
Selanjutnya Kaisar ingin menguji "kejujuran" Perdana Menteri dengan mengirim Menteri Keuangannya yang terkenal sangat jujur. Lalu Menteri Keuangan itu diminta melakukan supervisi monitoring ke tempat kedua penenun tersebut melaksanakan Proyek Jubah Kaisar. Seperti halnya Perdana Menteri, Menteri Keuangan juga melihat kedua penenun itu sedang sibuk bekerja. Gerak-gerik mereka seolah-olah sedang menenun namun Menteri Keuangan tidak melihat selembar benangpun pada tangan mereka ataupun pada alat tenun besar di hadapannya. "Bagaimana kemajuan pekerjaan kalian?" Tanya Menteri Keuangan.
"Ah, Tuan Menteri, terima kasih telah menyediakan uang untuk membeli benang sutera dan benang emas. Inilah hasil tenunan kami. Sangat luar biasa indah bukan?"
Menteri Keuangan terdiam. Jika ia berterus-terang bahwa ia tidak melihat apapun pada alat tenun itu, ia khawatir reputasinya sebagai orang paling jujur di seantero negeri akan hancur. Bukankah semua orang telah mengetahui hanya yang bijaksana dan jujur saja yang dapat melihat kain ajaib ini?
"Ah...luar biasa indah!" Akhirnya Menteri Keuanganpun berpura-pura mengagumi.
Mendengar laporan kedua menterinya yang bijaksana dan jujur itu, Kaisar sangat gembira. Akhirnya ia menyuruh kedua penenun itu untuk membuatkan jubah dari kain tenunan mereka. Jubah tersebut akan dipakainya pada sebuah festival yang akan berlangsung tujuh hari lagi.
-------------------ooo-------ooo--------------------
Ketika hari perayaan akhirnya tiba, Kaisar memerintahkan agar jubah barunya diantarkan ke istana. Kedua penipu itu pun datang. Di atas tangan seolah-olah mereka membawa sebuah jubah dengan hati-hati. Tentu saja Kaisar tidak melihat apa-apa, namun ia pun tidak hendak dikatakan pandir dan tidak jujur, maka ia memuji-muji keindahan jubah buatan kedua penipu itu.
"Sekarang bukalah jubah lama Paduka Baginda, dan biarkan kami mengenakan kepada Baginda jubah indah ini."
"Ah, ini jubah baru…bagaimana kalau aku memakai jubah indah yang kalian buat di atas jubah ini?"
Kaisar tidak ingin bertelanjang di depan para pegawai istana dan kedua penenun itu. Namun kedua penenun palsu itu beralasan jubah yang dikenakan Kaisar tidak akan terlihat keindahannya bila ditumpuk di atas jubah lain. Kaisar terpaksa menanggalkan pakaiannya dan kedua penipu itu seolah-olah mengenakan jubah ke atas tubuhnya.
"Bagaimana? Bukankah Baginda terlihat sangat gagah dengan jubah yang indah ini? Ah...tentu saja hanya yang bijaksana dan yang jujur saja yang dapat melihat keindahan jubah baru Baginda." Kata salah satu penipu itu. Semua yang hadir tidak ingin dikatakan tidak bijaksana ataupun tidak jujur semuanya mengakui dan pura-pura mengagumi keindahan jubah Kaisar. Akhirnya Kaisarpun melangkah ke balairung dengan hanya mengenakan pakaian dalamnya saja dimana semua orang yang mengikuti festival telah berkumpul menantikan kehadirannya.
Seluruh isi negeri yang tidak ingin dikatakan tidak bijaksana dan tidak jujur mengelu-elukan Kaisarnya yang hampir telanjang dan pura-pura memuji-muji
keindahan jubahnya. Tetapi seorang bocah berumur 4 tahunan tiba-tiba maju ke depan sambil berteriak teriak : " Kaisar nggak pake baju, Kaisar nggak
pake baju!"Semua yang hadir terkesima. Tidak ada seorang pun berani bersuara ataupun bergerak menanti reaksi sang Kaisar.
-------------------------ooo---------ooo---------------------------
Kawan, cerita di atas saya sadur ulang dari dongeng H.C. Anderson (1805-1875) yang ditulisnya untuk bacaan anak-anak, tetapi setelah membacanya saya merasa bahwa tulisan ini lebih cocok untuk orang dewasa. Setidaknya mengingatkan kita untuk benar-benar jujur. Bukankah kita orang dewasa seringkali latah dan berlebihan menjaga reputasi? Ketika kelatahan kita diketahui oleh para penipu—profesional maupun amatiran — mereka dengan mudah menipu kita.
Sejatinya yang mereka permainkan adalah keyakinan diri kita sendiri. Tentu saja reputasi baik itu penting, tetapi bila kita sendiri tidak berani jujur menyatakan apa yang kita ketahui, apakah kita masih pantas dianggap jujur? Bilamana kita masih bersedia mengikuti arus yang menyesatkan apakah kita masih pantas disebut bijaksana? Maka ingatlah pada kepolosan anak kecil yang dengan spirit positif yang belum tercemar berani lantang mengatakan apa adanya.
Dalam PNPM Mandiri Perdesaan yang mengusung pemberdayaan dengan sederet prinsip yang mesti dipegang teguh dan diperjuangkan, sebagai pepimpin Anda (baca:kita) pun harus berhati-hati agar sikap Anda tidak menjerumuskan bawahan Anda menjadi penjilat-penjilat seperti Perdana Menteri dan Menteri Keuangan dalam cerita di atas. Usahakan selalu terbuka dan saling berterus-terang. Berikan feedback positif segera setelah Anda mendapati seorang bawahan Anda melakukan suatu hal yang positif (yang menurut kita merupakan hal-hal sepele) seperti tiba di ruang meeting lebih awal, menyelesaikan laporan lebih cepat dan bersikap proaktif dalam menyelesaian/melakukan penanganan masalah.
Demikian pula ketika mereka melakukan kesalahan, berikan teguran setelah itu sampaikan masukan yang jelas, terperinci dan terpenting di atas semua itu jangan menyerang level identitas melainkan berfokus pada perilaku mereka. Misalnya jika seorang karyawan melakukan kesalahan jangan menegur mereka seperti ini: "Kamu ini menggunakan otak atau nggak sih? Kok kamu salah lagi? Apa perlu saya beri SP?"
Kawan-kawan, dalam carut marut politik dalam negeri dan internasional dan gonjang ganjing perekonomian yang saat ini terjadi eksistensi kita di dunia teramat penting. Kita adalah salah satu sandaran terakhir masyarakat dalam merealisasikan mimpi-mimpi dan harapannya.
Semoga kesadaran akan hal ini masih ada di diri kita semua.
Selamat berjuang. Sampaikan salam hangat saya kepada teman-teman yang saat ini juga tengah berjuang bersama kita : Pokja RBM, Setrawan Kabupaten, TPM Kabupaten, Setrawan Kecamatan, Pendamping Lokal, UPK, BKAD, BP UPK, Tim Verifikasi, Tim Pelatih Masyarakat, Kepala Desa, LPM, BPD, Tim Penulis Usulan, KPMD, TPK, Tim Monitoring, Tim 11, dll.
Vaya con Dios. Semoga Allah SWT senantiasa memberikan taufiq, hidayah, inayah dan keselamatan kepada kita semua dan semoga Allah SWT menjadikan semua aktivtas kita bernilai ibadah di sisi-Nya.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
KURNAINI PRAPTOTO SOFYAN
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar